Selasa

Dengki...

Aku termangu. Bisu. Betapa masih bobroknya rumah batinku. Hati belum bersih. Jiwa belum suci. Walau sudah lama ditempa quran hadits. Apalagi kalau ada yang bilang, “Wong tiap hari ngaji kok masih gitu! Siang - malam jengkang – jengking, tapi masih kayak gitu.” Ohh, sakit. Padahal manusia mana yang tidak pernah salah. Dalem banget kata – kata itu. Maka saya sering menghibur diri, “Udah sering ngaji aja seperti ini, apalagi kalau nggak ngaji. Uihh,,, ndah neyoo.”

Apapun, yang jelas memang susah menjaga dan mengelola hati. Oleh karena itu, mafhumlah kenapa Manajemen Qolbunya Aa Gym laris-manis dan ESQnya Ary Ginanjar sold out. Bak kacang goreng. Memang susah menjaga hati. Apalagi menjadikannya bersih. Penuh cinta dan kasih. Qolbun taqiyyu naqiyyu. Maka tak heran, orang bijak mengatakan: perjalanan yang paling panjang dan melelahkan adalah perjalanan menuju ke hati. Penuh liku dan banyak onak. Walaupun letaknya hanya di dada. Salah satunya adalah pemberantasan penyakit iri dan dengki. Atau bahasa haditsnya kita kenal dengan hasad. Seperti jamur di musim hujan.

Menurut Imam Al-Ghozali, hasad itu terbagi dalam 4 tingkatan berikut ini, mulai yang terberat sampai teringan.

Menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain yang dia iri, sekalipun dia tidak mendapatkannya. Walaupun nikmat itu tidak mesti beralih kepadanya. Ini adalah bentuk hasad yang paling kotor. Tak mau berbagi intinya.
Menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain dan menginginkan agar pindah kepadanya atau dia sendiri yang meraihnya. Seperti keinginan seseorang terhadap rumah yang bagus, istri yang cantik, atau kekuasaan yang berpengaruh atau keleluasaan yang dimiliki oleh orang lain. Dia ingin agar itu semua menjadi miliknya. Yang dia cari sebenarnya adalah nikmat tersebut, bukannya berakhirnya nikmat tersebut darinya. Sedangkan yang tidak diinginkannya adalah hilangnya nikmat itu, sehingga tidak bisa dinikmati oleh orang lain.
Tidak menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain untuk dirinya, tetapi dia menginginkan nikmat yang serupa. Jika dia tidak mampu meraih nikmat yang serupa, barulah dia menginginkan hilangnya nikmat itu dari orang lain tersebut, sehingga tidak ada kesenjangan antara keduanya. Dia benci jika orang lain memperoleh lebih tinggi darinya dalam hal kekayaan dan kedudukan. Akan tetapi dia masih rela apa yang dia dapatkan dan didapatkan oleh orang lain itu seimbang. Dia hanya tak rela jika orang lain itu melebihi dirinya. Jenis hasad ini diharamkan karena sebenarnya dia tidak rela dengan pembagian Allah.
Menginginkan nikmat yang sama untuk dirinya. Jika ternyata dia tidak meraihnya, dia tidak menginginkan hilangnya nikmat itu dari orang lain. Jenis hasad yang terakhir ini adalah jenis hasad yang dimaafkan jika berkenaan dengan urusan dunia, bahkan merupakan sesuatu yang disunnahkan (mandub) jika berkenaan dengan urusan agama.
Dengan tiga parameter di atas (karena nomer 4 dimaafkan), saya ketar – ketir. Kadang, karena bolak – baliknya hati, swear – hati saya terkadang dapat berada di nomer 1, bahkan 2 dan sering di tingkatan ke 3. Alhamdulil-lahnya Allah paring kesadaran. Dengki itu hanya timbul sesaat. Dan Allah paring kekuatan untuk menutupnya dengan rasa syukur dan ridho-Nya. La haula wala quwwata illa billah.

Inilah tantangan bagi setiap diri. Ngepasi dalil; Tidak beriman salah satu kalian sehingga bisa mencintai saudaranya, sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (Rowahu Bukhory (13) dan Muslim (4) dari Anas bin Malik). Mari sempurnakan iman kita. Jauhkan iri dan dengki dari hati kita. Bersihkan dan buang jauh – jauh. Karena iri akan menutup cinta itu. Pada akhirnya kita bisa mencintai saudara kita sebagaimana mencintai diri sendiri.

lelah...

Tidak ada komentar: